Sejarah Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
|
Sarisejarah.com - Sejarah Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet
Perang dingin merupakan babak sejarah paling mencekam setelah berakhirnya perang dunia II. Hal ini dikarenakan dua kekuatan besar dunia sedang unjuk kekuatan dan berpotensi menimbulkan perang dunia yang ketiga. beruntungnya, perang dahsyat pasca perang dunia II tidak pernah terjadi. bagaimana sebenarnya sejarah perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni sovyet? Berikut pembahasanya.
DAMPAK PERANG DINGIN
Perang dingin merupakan babak sejarah paling mencekam setelah berakhirnya perang dunia II. Hal ini dikarenakan dua kekuatan besar dunia sedang unjuk kekuatan dan berpotensi menimbulkan perang dunia yang ketiga. beruntungnya, perang dahsyat pasca perang dunia II tidak pernah terjadi. bagaimana sebenarnya sejarah perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni sovyet? Berikut pembahasanya.
![]() |
ilustrasi Perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Sovyet |
Perang
Dingin (1947–1991) adalah sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi
konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat (beserta
sekutunya disebut blok barat ) dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut
Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya
terjadi di berbagai bidang: koalisi militer; ideologi, psikologi, dan
tilik sandi; militer, industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan;
perlombaan nuklir dan persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa
perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak
terjadi. Istilah "Perang Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947
oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk
menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua negara adikuasa
tersebut.
MUNCULNYA PERANG DINGIN
Perang
DuniaII membawa perubahan yang sangat luas dalam hidupan masyarakat
dunia , baik dalam bidang politik , ekonomi , maupun sosial budaya .
Dalam bidang politik , perang DuniaII menyebabkan Amerika serikat dan
Uni Soviet yang tergabung dalam pihak sekutu sebagai pemenang dalam PD
II tampil sebagai negara raksasa (super power) dan berperan sebagai
pemegang hegemonia politik di dunia . karena Amerika Serikat dan Uni
Soviet merasa sama kuat maka terjadilah persaingan dan perebutan
pengaruh sebagai negara nomor 1 di dunia . Amerika Serikat semakin kuat
pengaruhnya dan berupaya menyebarluaskan paham liberal dengan cara
membantu negara yang hancur akibat PD II seperti Turki dan Yunani .
Tujuannya adalah untuk mencegah agar kedua negara tersebut tidak jatuh
dalam pengaruh Uni Soviet . sebagai negara yang secara ekonomi sangat
kuat , Amerika Serikat juga memberikan bantuan kepada negara-negara di
kawasan eropa dan asia sehingga lahirnya negara
blok kapitalis atau blok barat yang berideologi liberal kapitalis .
untuk menangkal pengaruh komunis maka Amerika serikat dan negara-negara
yang tergabung dalam blok barat mendirikan pakta pertahana bersama pada
tahun 1949 yang disebut NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara . adapun negara-negara yang menjadi
anggota NATO adalah Inggris ,Irlandia ,Norwegia , Denmark, Belgia
,Belanda ,Luksemburg , Prancis , Portugal , Kanada , Dan Amerika Serikat
yang bermarkas di Brussel . Uni Soviet yang juga menjadi pemenang dalam perang Dunia
II juga berusaha menyebarkan pengaruh kepada negara negara yang baru
merdeka dengan cara membentuk Cominfrom atau Organisasi Komunis
Internasional untuk dijadikan sebagai alat propaganda dalam
menyebarluaskan pengaruh ideologi komunis ke seluruh dunia . untuk
mengimbangin kekuatan NATO maka pada tahun 1955 Uni Soviet mendirikan
suatu pakta pertahanan , yaitu
Pakta Warsawa yang anggotanya terdiri atas Uni Soviet , Albania ,
Bulgaria , cekoslowakia , Jerman Timur , Hongaria , Polandia , dan
Rumania yang berideologi komunis.
dengan
adanya perebutan pengaruh antara kedua negara adikuasa tersebut situasi
politik di dunia kembali tegang dan mengakibatkan timbulnya rasa saling
curiga dan perlombaan senjata antara antara kedua belah pihak sehingga
masing-masing pihak diliputi susana perang dingin . perang dingin (Cold
War) adalah perang dalam bentuk ketegangan sebagai perwujudan
konflik antara blok barat dan blok Timur . Secara umum faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya Perang Dingin , antara lain sebagai berikut .
Penyebab Terjadinya Perang Dingin
Perang
Dingin antara Amerika Serikat (USA) dan sekutu-sekutunya di satu pihak
dan Uni Soviet (USSR) serta kawan-kawannya di pihak lain berawal dari
masalah penyelesaian Perang Dunia II (PD II). Dalam PD II tersebut, USA
dan USSR berada dala satu Sekutu dan memenangkan perang terhadap Jerman,
Italia, dan Jepang.
Ternyata,
kemenangan total Sekutu tersebut tidak diikuti dengan terciptanya
perdamaian sejati. Persekutuan USA dan USSR ditandai dengan perbedaan
ideologi yang kontras antara kapitalis-liberalis dan komunis. Keduanya
berseteru setelah perang melawan Hitler, Musolini, dan kawan-kawan
berakhir. Konferensi antara Stalin (USSR), Roosevelt (USA) dan Churchill
(Inggris) yang dikenal dengan The Big Three atau Tiga Besar yang
diselenggarakan di kota Iran, Teheran (Konferensi Teheran), pada
November 1943, merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
kejadian-kejadian berikutnya. Dalam konferensi tersebut, mereka
menyatakan untuk menghancurkan Jerman dan berusaha mencari strategi
militer terbaik.
Pada
Konferensi pasca perang di Postdam (Juli 1945), perbedaan yang
berlangsung lama mengenai Eropa Timur, akhirnya muncul kembal lebih
jelas, Presiden USA, Harry S. Truman, memiliki kebijaksanaan berbeda
dengan pendahulunya. Dia menginginkan diselenggarakannya pemilu yang
bebas di seluruh negara-negara di Eropa Timur. Stalin menolak usulan
tersebut dengan mengatakan “Sebuah pemerintahan yang dipilih secara
bebas di Eropa Timur akan membentuk pemerintahan anti Uni Soviet dan
kami tidak akan mengizinkannya.”
Perbedaan
pandangan antara Uni Soviet dan USA dalam Konferensi Posdam tersebut
dianggap sebagai kunci asal mula Perang Dingin. Sikap orang-orang
Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh “perang suci” terhadap Hitler dan
pandangan politik di Amerika yang diperngaruhi oleh jutaan pemilih dari
negara-negara Eropa Timur, menginginkan diadakannya pemilu yang bebas di
negara-negara yang telah diduduki oleh Uni Soviet. Di pihak lain,
Stalin, yang merasakan dan menyaksikan sendiri negerinya hancur akibat
dua serangan raksasa pasukan Nazi Jerman menginginkan keamanan militer
yang total dari Jerman dan sekutu-sekutu potensialnya di Eropa Timur
untuk selamanya. Stalin percaya bahwa hanya negara-negara komunis yang
dapat menjadi sekutu sejati bagi Uni Soviet Oleh karena itu, Stalin
khawatir bahwa pemilu yang bebas akan menghasilkan pemerintahan yang
bermusuhan dengan USSR di perbatasan sebelah barat. Sejak pasukan Stalin
menduduki negara-negara timur, Stalin merasa harus konsisten dengan
keyakinannya.
Jawaban
USA terhadap konsep keamanan Stalin, yang tampaknya berlebihan, mulai
terlihat. Pada Mei 1945, sebelum diselenggarakan konferensi Postdam,
Truman mengusulkan dihentikannya semua bantuan ke USSR. Pada Oktober
1945, Truman menyatakan bahwa USA tidak akan mengakui suatu pemerintahan
yang didirikan dengan paksa dan tidak mengabaikan aspirasi politik
rakyatnya.
Pada
Maret 1946, mantan PM Inggris, Churchill, ketika mengunjungi USA,
menyatakan di depan publik Amerika bahwa “tirai besi” telah digelar
diseluruh daratan Eropa dengan membagi Jerman dan Eropa ke dalam dua
kubu yang saling berlawanan. Segera setelah itu muncul kembali sikap
emosional dan sikap mencela orang Amerika terhadap Stalin serta Uni
Soviet. Sikap tersebut kemudian menjadi bagian dari kehidupan politik
Amerika di era Perang Dingin. USA sendiri meresponnya dengan melakukan
mobilisasi di berbagai bidang dengan cepat.
Agen-agen
rahasia Stalin diseluruh dunia memanaskan situasi dengan mengungkapkan
pentingnya “perjuangan ideologi melwan imperialisme kapitalis.” Partai
Komunis besar dan terorganisasi dengan baik di Italia dan Prancis
mengungkapkan rencana Amerika Serikat untuk mengambil alih Eropa dan
dengan agresif menentang pemerintahan mereka melalui cara-cara kekerasan
dan pemogokan. Uni Soviet juga melakukan tekanan terhadap Iran dan
Turki yang terlalu pro Amerika. Perang sipil yang disponsori USA juga
terjadi di Yunani dan Cina. Sejak musim semi 1947, di mata Amerika, Uni
Soviet telah berusaha mengeskpor komunisme dan melakukan kegiatan
sebversi ke negara-negara Eropa Barat.
Untuk
menyikapi USSR, Amerika melalui Doktrin Presiden Truman melaksanakan
politik containing atau pengepungan terhadap komunisme di kawasan yang
sudah dikuasai oleh Tentara Merah. Truman meminta kepada Kongres USA
untuk mengirimkan bantuan militer ke Yunani dan Turki. Agar
negara-negara Barat tidak jatuh ke tangan komunis, USA juga menawarkan
program bantuan kepada negara-negara Eropa melalui Marshall Plan.
Stalin
menolak program bantuan Marshall Plan bagi semua negara-negara Eropa
Timur. Sebagai jawaban terhadap rencana tersebut, Stalin segera
membersihkan unsur-unsur nonkomunis dalam tubuh pemerintahan Eropa Timur
dengan membentuk sistem Pemerintahan Soviet, satu partai diktator
komunis. Pendudukan Cekoslovakia pada Februari 1948, merupakan jawaban
Uni Soviet terhadap sikap USA.
Pendudukan
tersebut menimbulkan kekhawatiran terhadap semakin berkembangnya
komunisme di Eropa yang dimulai dari negara-negara Eropa Timur dan
Jerman. Ketika Stalin memblokade semua lalu lintasbarang dab manusia
dari zone pendudukan Barat di Jerman ke Berlin Barat, Sekutu meresponya
degan melakukan “jembatan udara”, mendrop bahan makanan dengan pesawat
terbang ke Berlin Barat. Selama 324 hari “jembatan udara” mengangkut
berton-ton bahan makanan ke Berlin sebagai bentuk pelaksanaan politik
cotaining.
Pada
4 April 1949, Amerika Serikat berhasil membujuk negara-negara Eropa
Barat untuk menandatangani pendirian suatu pakta pertahanan yang dikenal
dengan nama North Atlantic Treaty Organization(NATO) atau Organisasi
Pertahanan Atlantik Utara. Anggotanya terdiri atas Inggris, Irlandia,
Islandia, Norwegia, Denmark, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis,
Portugal dan Kanada serta Amerika Serikat. Segera setelah itu pada 1955,
Uni Soviet juga mengikat negara-negara satelitnya di Eropa Timur yang
berhaluan komunis dalam Pakta Warsawa. Anggotanya terdiri atas Unis
Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hongaria,
Polandia dan Rumania. Dengan adanya pakta petahanan, kedua pemimpin blok
militer berlomba-lomba saling mengembangkan senjata, memata-matai dan
mempertahankan pegaruhnya bersama sekutunya masing-masing yang sengaja
ditujukan untuk menghadapi ancaman NATO.
Bentuk–bentuk Perang Dingin
Perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet meliputi bidang politik, ekonomi, militer, dan ruang angkasa.
1) Bidang Politik
Pihak
AS berusaha menjadikan negara-negara yang baru merdeka dan
negara-negara sedang berkembang menjadi sebagai negara demokrasi
dengantujuan agar hak-hak asasi manusia dapat terjamin. Untuk negara
yang kalah perang yaitu Jerman dan Jepang dikembangkan paham demokrasi
dan sistem perekonomian kapitalisme. Sedangkan pihak US mengembangkan
paham sosialisme-komunisme dengan pembangunan ekonomi rencana lima tahun
dengan cara diktator, tertutup. Dengan sistem ini US dikenal sebagai
‘negara tirai besi’, sedangkan negara di bawah pengaruhnya di Asia yaitu
Cina mendapatjulukan ‘negara tirai bambu’.
2) Bidang Ekonomi
AS
dan US saling memperebutkan pengaruhnya dengan menjadi pahlawan ekonomi
yaitu menjadi negara kreditur dengan memberikan bantuan, pinjaman
kepada negara-negara berkembang, seperti Mashall Plan (Eropean Recovery
Program) yakni bantuan ekonomi dan militer kepada negara-negara di
kawasan Eropa Barat. Selain itu Presiden Henry S Truman memberikan
bantuan teknis dan ekonomi khusus kepada Turki dan Yunani, yang dikenal
dengan Truman Doctrin.
3) Bidang Militer
Perebutan
pengaruh antara AS dengan US dalam bidang militer dalam bentuk pakta
pertahanan militer. Berlangsungnya Perang Dingin menyebabkan Amerika
Serikat dan Uni Soviet saling curiga satu dengan yang lain. Untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang terbuka, kedua negara
adidaya beserta para sekutunya saling memperkuat pertahanan dan
militernya. Amerika Serikat beserta para sekutunya berusaha membentuk
ikatan militer guna menghadapi serangan Uni Soviet. Pada masa Perang
Dunia II berkembang opini dunia bahwa pasukan Uni Soviet lebih unggul
jumlah personel dan persenjataannya. Hal itu dibuktikan dengan
keberhasilan pasukan Uni Soviet dalam menghentikan gerakan pasukan
Jerman di wilayah Eropa Timur. Hal itu berlaku sebaliknya, Amerika
Serikat tersendat-sendat menghentikan laju pasukan Jerman di Eropa Barat
meskipun dibantu Inggris. Di kawasan Atlantik Utara, Amerika Serikat
bersama sekutunya Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Luksemburg,
Norwegia, dan Kanada, setuju untuk membentuk persekutuan militer
bersama. Persekutuan militer itu disebut North Atlantic Treaty
Organization (NATO) yang berdiri tahun 1949. eanggotaan
NATO
diperluas lagi dengan masuknya Italia dan Islandia, Yunani, dan Turki
(1952) serta Jerman Barat (1955). Di dalam NATO terdapat ketentuan bahwa
serangan terhadap salah satu negara anggota dianggap sebagai serangan
terhadap keseluruhan sehingga semua negara anggota wajib saling memberi
bantuan. Amerika Serikat juga berusaha menggelar kekuatan militernya di
kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan. Untuk keperluan itu, Amerika
Serikat bersama Turki, Irak, Iran, dan Pakistan membentuk kerja sama
militer. Nama kerja sama militer itu adalah Middle East Treaty
Organization yang disingkat METO atau dikenal dengan CENTO (Central
Treaty Organization) yang berdiri tahun 1959 yang semula bernama Pakta
Bagdad (1955).
Untuk
menahan laju perluasan komunis di Asia Tenggara, Amerika Serikat
membentuk kerja sama militer yang disebut South East Asia Treaty
Organization atau SEATO. Pada tahun 1954, kerja sama militer itu terdiri
atas negara Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Australia, Thailand,
Filipina, dan Selandia Baru. Sementara itu, laju komunis di Pasifik
Selatan coba dihambat Amerika Serikat dengan membentuk kerja sama
militer pula. Kerja sama pertahanan di Pasifik Selatan disebut ANZUS
(Australia, New Zeland, and United States) dengan anggota AS, Australia
dan New Zeland yang didirikan atas dasar Tripatite Security Treaty pada
tanggal 1 September 1951. Sedangkan Uni Soviet berusaha mengimbangi
kekuatan militer Blok Barat dengan membentuk kerja sama militer pula.
Pada 14 Mei 1955 Uni Soviet bersama Mongolia, Polandia, Cekoslowakia,
Bulgaria, Rumania, dan Jerman Timur membentuk Pact of Mutual Assistance
and Unifield Command atau dikenal dengan sebutan Pakta Warsawa.
4) Bidang Ruang angkasa
Perebutan
pengaruh antara AS dengan US juga melanda pada kecanggihan teknologi
ruang angkasa lebih lanjut di bahas pada subbab eksploitasi teknologi
ruang angkasa. Bentuklah kelompok belajar yang terdiri atas 4 orang
siswa (usahakanyang berasal dari daerah yang berbeda) Amati kegiatan
produksi yang dilakukan masyarakat di daerahmu terutama kesiapan untuk
menyongsong era perdagangan bebas. Lakukan wawancara dengan pengusaha
atau produsen tentang kegiatan produksi yang mereka lakukan.
Identifikasi barang apa yang diproduksi, bagaimana memproduksi,
bagaimana kegiatan distribusi/pemasaran? Bagaimana kesiapan sumber
Periode 1945-1969
Berakhirnya
Perang Dunia II telah mengubah perkembangan politik dunia. Amerika
Serikat dan Uni Soviet sebagai negara pemenang perang muncul menjadi
kekuatan raksasa. Dua negara tersebut memiliki perbedaan ideologi,
Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis, sedangkan Uni
Soviet berideologi sosialis-komunis. Dalam waktu singkat memang pernah
terjadi persahabatan diantara keduanya, namun kemudian muncul
antagonisme diantara mereka.
Ada
dua karakter pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi
rivalnya yang menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni
Soviet merupakan kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki
kemampuan untuk menghancurkan musuhnya dengan senjata atom. Sehingga
dalam periode ini muncul hal-hal sebagai berikut:
Doktrin
Pembendungan Bulan Februari 1946, Stalin memberikan pidato yang
berbicara tentang “tak terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis".
Ia mendesak rakyat Soviet untuk tidak terperdaya dengan berakhirnya
perang yang berarti negara bisa santai. Sebaliknya perlu mengintensifkan
usaha memperkuat dan mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah
munculnya tulisan George F Kennan, diplomat di Kedubes AS di Uni Soviet,
yang memaparkan tentang kefanatikan Uni Soviet, Presiden Harry S Truman
mendeklarasikan apa yang kemudian disebut Doktrin Truman. Doktrin ini
menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar negeri AS sebagai
cara untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga merekrut
sekutu-sekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Karena menurut teori
domino, jika satu negara jatuh maka akan berjatuhanlah negara-negara
tetangga lainnya.
·Lingkungan
Pengaruh dan Pembentukan Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya
memelihara ”lingkungan pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari
program global negara adidaya yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet
memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari
usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS membentuk Pakta
ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet menilainya sebagai
bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan lingkungan
pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah pola yang
bipolar. AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar
(kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya.
Amerika
Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi Pertahanan Atlantik Utara
(North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4
April 1949 di Washington, AS. Apabila salah satu anggota NATO diserang,
maka serangan itu dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Di pihak
lain, Uni Soviet dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact)
pada tanggal 14 Mei 1955 di Praha-Cekoslowakia atas dasar ”Pact of
Mutual Assistance and Unified Command”.
Di
berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara
adidaya, di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization
(SEATO) pada tanggal 8 September 1954 di Manila, Philipina . SEATO
ditujukan untuk menahan pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di
Vietnam. Sebagai salah satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara,
negara-negara utama di Asia Tenggara malah tidak diikutsertakan di
SEATO, anggota-anggotanya yang utama justru negara-negara Blok Barat
yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah juga dibentuk Organisasi
Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty Organization/METO).
Sedangkan
Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC pada tahun 1950 untuk
menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai negara di bawah kendali AS.
Serta pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) di
Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain, kegiatan spionase
juga turut mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy
Bezopasnosti), dinas rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central Intelligence
Agency), dinas rahasia AS selalu berusaha untuk memperoleh informasi
rahasia mengenai segala hal yang menyangkut negara-negara yang berada di
bawah pengaruh kedua belah pihak serta informasi-informasi sensitif
mengenai lawannya sendiri.
Periode 1969-1979
Hubungan
Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan
terpilihnya Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat
keamanannya, Henry A. Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan baru
terhadap Uni Soviet pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni Soviet
juga sedang mengambil pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini
lazim disebut détente (peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi
politik luar negeri, détente dijelaskan Kissinger sebagai upaya
menciptakan ”kepentingan tertentu dalam kerjasama dan perbatasan, sebuah
lingkungan dimana kompetitor dapat meregulasi dan menghambat perbedaan
diantara mereka dan akhirnya melangkah dari kompetisi menuju kerjasama”.
Sebagai
langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972 Presiden Richard Nixon dan
Leonid Brezhnev menandatangani Strategic Arms Limitation Treaty I (SALT
I) di Moskow. SALT I berisi kesepakatan untuk membatasi persediaan
senjata-senjata nuklir strategis/Defensive Antiballistic Missile System.
SALT I juga berisi kesepakatan untuk membatasi jumlah misil nuklir yang
dimiliki oleh kedua belah pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan
untuk memiliki misil maksimal 1600 misil, dan AS hanya diijinkan
memiliki 1054 misil.
Periode 1979-1985
Setelah
10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak kuat lagi untuk
menjalani détente. Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun menduduki
Afghanistan yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk kesana
untuk membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang reaksi keras dari
pihak AS, Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di
Afghanistan mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling
serius sejak Perang Dingin dimulai. Lalu akhirnya muncullah Doktrin
Carter yang menyatakan bahwa AS berkeinginan untuk menggunakan kekuatan
militernya di Teluk Persia.
Setelah
Reagan mengambil alih jabatan presiden, ia juga melancarkan Doktrin
Reagan yang mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan, Angola,
dan Nikaragua. Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus
”pejuang kemerdekaan” (freedom fighters). Bahkan AS juga berbicara
tentang kemampuan nuklirnya, termasuk ancaman serangan pertama. Tapi
walaupun di periode ini terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan
Uni Soviet, ternyata masih bisa terjadi perjanjian SALT II (Strategic
Arms Limitation Treaty II) pada pertengahan 1979 di Vienna.
Pada
saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk membatasi kepemilikan
peluncur senjata nuklir maksimal 2400 unit, dan maksimal 1320 unit
Multiple Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV) . Dan juga
Perjanjian Pengurangan Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms
Reduction Treaty/START) pada tahun 1982 yang berisi kesepakatan untuk
memusnahkan senjata nuklir yang berdaya jarak menengah. Walaupun sudah
banyak dilakukan perjanjian-perjanjian pembatasan dan/atau pengurangan
senjata nuklir, namun berdasarkan data pada tahun 1983 ternyata Uni
Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar dibandingkan dengan Amerika
Serikat.
Periode 1985-1991
Pada
Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan
secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda
dengan penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 ia
berkunjung ke AS untuk mendekatkan keduanya ke dalam sebuah forum
dialog. Bahkan pada tahun 1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15
Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet telah mundur dari Afghanistan.
Komitmen
Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan diri dan
mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bahkan
bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan
pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang
dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh
komunis dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang
didalangi oleh Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal
Vladamir Kruchkov (Kepala KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri).
Namun
ternyata kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan dari
rakyat Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni
Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia,
Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan
Estonia sendiri berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada
tanggal 6 September 1991. Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem
komunis telah gagal di Uni Soviet.
Pada
akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun runtuh
dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam
persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS).
Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan
kemenangan di pihak AS.
AKHIR DARI PERANG DINGIN ( 1989 )
DUA
negara adidaya, AS dan Uni Soviet, mendeklarasikan berakhimya Perang
Dingin setelah berbincang dua hari di Pertemuan Puncak Malta. Pada
konferensi pers bersama yang diadakan di kapal layar Soviet, Maxim
Gorky, kedua pihak menyatakan akan mengurangi jumlah pasukan dan
persenjataan di Eropa. Pemimpin Soviet, Mikhail Gorbachev, mengatakan ia
tidak akan pernah menyulut perang terbuka dengan AS.
Sementara
itu, Presiden AS George Bush mengatakan kedua pihak dapat
merealisasikan perdamaian dan bekerja sama untuk waktu yang lama.
Pertemuan Puncak Malta merupakan pertemuan terpenting sejak 1945, ketika
Churchill, Stalin, dan Roosevelt menyetujui rencana pascaperang untuk
Eropa di Yalta.
Dalam
8 jam terakhir dari pembicaraan yang dilakukan kedua pemimpin negara
adidaya itu, terjadi perbedaan mengenai kebijakan di Amerika Tengah dan
pemotongan dalam armada laut. Maka, kedua pihak memutuskan melakukan
pembicaraan lebih lanjut pada Juni 1990.
DAMPAK PERANG DINGIN

"Dampak Positif"
Selama
Perang Dingin berlangsung perkembangan IPTEK maju pesat karena kedua
Blok ini banyak melakukan pengembangan dan mempunyai hasil yang sangat
bagus terutama masalah eksplorasi luar angkasa. Perang Dingin adalah
sebutan bagi sebuah periode di mana terjadi konflik, ketegangan, dan
kompetisi antara Amerika Serikat (beserta sekutunya disebut Blok Barat)
dan Uni Soviet (beserta sekutunya disebut Blok Timur) yang terjadi
antara tahun 1947—1991. Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang:
koalisi militer; ideologi, psikologi, dan tilik sandi; militer,
industri, dan pengembangan teknologi; pertahanan; perlombaan nuklir dan
persenjataan; dan banyak lagi. Ditakutkan bahwa perang ini akan berakhir
dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak terjadi. Istilah "Perang
Dingin" sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan
Walter Lippman dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang
terjadi di antara kedua negara adikuasa tersebut.
Dampak positif di tiap bidang :
1. Bidang Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi ternyata perang dingin juga membawa dampak positif pada
perekonomian dunia. Baik itu secara sengaja maupun tidak sengaja. Hal
ini ditandai dengan munculnya negara super power. Dengan adanya negara
super power, maka perekonomian dunia banyak dikuasai oleh para pemegang
modal. Mereka saling berlomba untuk mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya dengan cara menginvestasikan modal mereka ke
negara-negara berkembang yang upah buruhnya masih relatif rendah.
Sehingga keuntungan mereka juga melambung tinggi.
Namun
siapa sangka bahwa hal diatas juga berdampak baik bagi negara yang
ditempati untuk membuka usaha para pemilik modal. Pertumbuhan ekonomi di
negara itu juga akan tumbuh pesat. Jadi keduanya diuntungkan dalam
usaha ekonomi ini. Pada saat itu negara pemilik modal yang
berlomba-lomba untuk menguasai dunia perekonomian, secara tidak langsung
juga membawa unsur politik didalamnya. Sehingga pemilik modal besar
mendapatkan keuntungan besar, sementara negara yang modalnya terbatas
keuntungannya juga kecil. Karena itu munculah istilah globalisasi
ekonomi di masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukanlah
beberapa tindakan seperti misalnya menyatukan mata uang. Contoh yang
sangat terlihat adalah negara-negara di kawasan eropa yang menyatukan
mata uang mereka menjadi euro.
2. Bidang Militer
Karena
adanya rasa iri di antara negara- negara yang berseteru, masing-masing
negara mulai meningkatkan persenjataannya. Mereka melakukan hal ini agar
tidak kalah dengan negara besar. Dengan begitu persaingan senjata
semakin maju dan berkembang pesat. Itu semua memacu tiap negara untuk
terus mengembangkan pertahanan negaranya masing-masing.
3. Bidang Sosial Budaya.
Menyebarnya
isu-isu HAM mulai sedikit demi sedikit mengglobal. Secara langsung
adanya undang-undang tentang HAM mulai diakui, karena itu rakyat
menyetujui peresmian HAM itu sendiri. Dengan adanya HAM, rakyat semakin
percaya akan adanya demokrasi dan tidak ada lagi penindasan bagi kaum
lemah.
4. Luar angkasa
Perang
dingin ini juga membawa pengaruh besar pada perkembangan
keruangangkasaan yang kita miliki. Mungkin jika tidak ada perang dingin,
kita tidak akan tahu bagaimana bentuk tata surya kita. Pada saat itu
kedua negara yang bersengketa saling berlomba-lomba menunjukkan kepada
dunia bahwa negara merekalah yang paling baik dengan menyebarkan
doktrin-doktrin yang mereka miliki.
Karena
untuk meningkatkan gengsi negara mereka maka mereka sama-sama berlomba
untuk meluncurkan roket ke luar angkasa. Hasilnya, kita semua menjadi
tahu bahwa sebenarnya kita ada pada tata surya apa, kemudian bagaimana
bentuknya. Terlepas dari siapa yang pertama kali mengabarkan berita ini,
namun dengan adanya perang dingin ini secara tidak langsung juga
berdampak pada perkembangan ilmu pendidikan keruang angkasaan kita.
5. Teknologi
Pada
masa perang dingin sains dan teknologi yang terpaut dengan kegiatan
militer mendapat sorotan yang lebih dari pemerintah. Pemerintah bersedia
mengeluarkan dana yang besar demi kemajuan iptek di negara mereka.
Pada
periode ini tumbuh disiplin-disiplin ilmu yang mempelajari dampak sains
pada masyarakat. Di negara-negara maju, teknologi di era modern bukan
lagi urusan individu atau komunitas berskala kecil. Teknologi modern
mempunyai tujuan-tujuan nasional pada wilayah ideologi, militer, ataupun
ekonomi dan bentuk kesadaran nasional untuk menggali sumber-sumber alam
yang ada. Ini juga bertujuan untuk mewujudkan produksi barang dengan
skala yang besar.
"Dampak Negatif"
Perang
Dingin ini juga membawa dampak yang negatif pula, selama Perang Dingin
berlangsung masyarakat mengalami ketakutan akan perang nuklir yang lebih
dahsyat dari perang dunia kedua. Dampak lainnya adalah terbaginya
Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang
dipisahkan oleh Tembok Berlin.
Dampak negatif di tiap bidang :
1. Bidang Militer
Dengan
adanya senjata nuklir yang dikembangkan secara pesat oleh kedua negara,
maka masyarakat dunia mengalami ketakutan yang luar biasa akan adanya
kemungkinan perang nuklir yang sebenarnya oleh kedua negara yang
bersengketa itu. Saat itu memang sempat beredar rumor bahwa uni soviet
sudah meletakkan nuklir-nuklirnya di kuba dan diarahkan ke Amerika.
Mendapat ancaman nuklir seperti itu Amerika tidak tinggal diam. Amerika
kemudian menandatangani terbentuknya NATO. Ini adalah suatu organisasi
pertahanan yang kira-kira menyetujui tentang perjanjian bahwa apabila
salah satu negaranya diserang maka dianggap sebagai serangan terhadap
NATO. Setelah mengetahui hal ini maka pemerintah Uni Soviet menarik
kembali rudal-rudal nuklirnya dari Kuba.
2. Bidang Politik
Dampak
dalam bidang politik dapat kita lihat dari dibangunnya tembok berlin di
Jerman sebagai batas antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Dalam perang
dunia kedua negara ini memang sudah terbagi menjadi 2, yaitu Jerman
Baran yang beribukota di Bonn dan Jerman Timur yang beribukota di
Berlin. Negara ini mengalami perpecahan karena adanya 2 paham yang
berbeda berlaku di negara ini, yaitu liberal yang dianut jerman barat
dan Komunis yang dianut jerman timut.
Dalam
perjalanan pemerintahannya, Jerman barat mengalami perkembangan yang
jauh lebih pesat daripada Jerman timur. Oleh sebab itu, banyak orang
Jerman timur yang memutuskan untuk hijrah ke Jerman barat. Namun karena
saat itu terjadi perang dingin antara Amerika dan Uni Soviet, Uni soviet
merasa tersinggung dengan adanya orang-orang pindah ke Jerman Barat.
Kerena itu Uni soviet mendanai dan mendukung untuk membangun sebuah
tembok yang berada di kota berlin yang menyebabkan terbelahnya kota itu.
Selain itu di tembok ini, uni soviet juga menyiagakan tentaranya agar
menembaki orang-orang yang masih berani untuk menyebrang. Kemudian
tembok ini sangat dikenal orang sebagai simbol bagi perang dingin.
0 Komentar:
Post a Comment